Jumat, 12 Agustus 2016

PANTANGAN



            Siang itu Presiden Indonesia sedang melaksanakan pidato kenegaraan di gedung DPR. Mengingat tahun 2014 ini jabatannya usai, maka pidatonya tersebut sekaligus menjadi pidato terakhir.
            Presiden memaparkan beberapa keberhasilan yang telah dicapainya. Terutama di bidang ekonomi yang katanya ekonomi Indonesia makin menunjukan penguatan ke arah yang positif. Demikian juga dengan politik serta sistem demokrasinya.
Namun sayang, ditengah-tengah pidatonya itu mendadak terjadi kegaduhan.
            Ketua DPR, yang oleh KPK ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dana haji, mendadak pingsan.
            Acara pidato dihentikan sejenak. Petugas kesehatan DPR langsung bertindak sigap. Ketua DPR secepatnya dibawa menuju ke rumah sakit pusat pemerintah.
            Di sana sebuah tim Dokter melakukan pemeriksaan yang mendetil dan teliti. Mereka manggut-manggut dengan wajah yang bersinar cerah. Menunjukan kalau penyakit sang ketua DPR tidaklah gawat.
            Mereka kemudian memanggil isteri dari ketua DPR dan diajak bicara di ruang tertutup.
            “Bagaimana penyakit bapak, Dok?” Tanya sang isteri.
            Dokter tersenyum melegakan.
            “Cuma penyakit jantung ringan. Dalam beberapa hari ke depan juga bapak sudah bisa sehat lagi dan beraktivitas seperti biasa.”
            “Syukurlah, Dok.”
            “Tapi dalam hal ini ibu harus memperhatikan pantangannya agar penyakit bapak tidak kambuh lagi.”
            “Pantangannya apa, Dok?”
            Dokter menengok kiri kanan. Setelah dirasa aman, barulah dia menjawab dengan suara pelan.
            “Pantangannya ibu jangan keras-keras menyebut nama KPK di hadapan bapak.”

            Apalagi sampai mengatakan ada pak Abraham yang datang. Meski itu Abraham tetangga saya yang tukang jualan puls

Tidak ada komentar:

Posting Komentar