Kamis, 11 Agustus 2016

KPK OPERATION




             Dahulu kala.
Ketua KPK, pak Abraham, tiba-tiba memanggil seluruh anak buahnya ke dalam ruang kerjanya.
            “Sudah bertahun-tahun kasus bank Century ini tidak kelar-kelar,” Katanya jengkel.
            “Kita seperti punya utang kepada rakyat. Wajar kalau akhirnya banyak yang kecewa kepada institusi ini. Karena itu malam ini saya sengaja memanggil kalian semua. Tujuannya adalah kita akan melaksanakan sebuah operasi khusus agar kasus Century ini bisa dibongkar hingga ke akar-akarnya. “
            “Apakah itu tidak berbahaya, pak?” Seorang anak buahnya tiba-tiba mengajukan keberatan.
            “Maksudnya?”
            “Bukankah bapak pernah bilang kalau kasus ini menyangkut orang besar ke satu dan kedua yang ada di republik ini. Mereka pasti tidak akan tinggal diam kalau diusik.”
            “Saya sudah pikirkan itu. Karena itu kita perlu langsung menyusup ke jantungnya untuk mendapatkan informasi dari sana”
            “Dengan cara apa, pak?”
            “Kita akan menyadap hape mereka.”
            Terdengar gumam kecemasan di seluruh ruangan. Sebab semua juga tahu kalau hape yang menjadi target dalam operasi kali ini dilindungi oleh lembaga sandi negara serta badan inetelejen. Satu kali langkah saja bisa-bisa mereka langsung ketahuan.
            “Caranya gimana, pak?”
            “Saya punya mata-mata di dalam. Mata-mata inilah yang akan melemahkan sistem security hape target supaya tidak menyadari kalau ke dalam ponselnya kita tanamkan alat kita.”
            Akhirnya setelah melalui perdebatan yang cukup alot, semua anggota KPK setuju bahwa mereka akan menyusup ke dalam sistem informasi rahasia negara.
            Mereka pun langsung bergerak.
            Beberapa orang mengalihkan pasukan pengaman target. Yang lain merekayasa seolah-olah ponsel target tiba-tiba mengalami hang sehingga harus diperbaiki di departemen informasi dan teknologi. Di departemen itulah kemudian hape target dibongkar oleh pak Abraham dan anak buahnya.
            Peralatan untuk menyadap pun segera disiapkan.
            “Palu !” Teriak pak Abraham
            Palu disiapkan.
            “Golok !”Pinta pak Abraham lagi.
            Golok disiapkan.
            Namun diam-diam para anak buahnya mulai keheranan. Apa iya peralatan untuk menyadap kali ini seperti itu? Tapi mari kita teruskan.
            “Linggis !”
            Linggis di ambil.
            “Obeng !”
            Obeng disiapkan.
            Barulah setelah kata Obeng itu, anak buah pak Abraham tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya dan mereka bertanya.
            “Pak, hapenya sudah bisa disadap apa belum?”
            Dengan wajah berkeringat pak Abraham menjawab,
            “Belum tau. Soalnya kopor tempat menyimpan peralatan menyadapnya macet. Kita harus membongkarnya dulu !”

            Wah, pak Abraham ini ada-ada aja. Bikin kita jadi deg-degan. Baiklah, sementara menunggu pak Abraham selesai membongkar kopornya kita menyanyi dulu. Lagunya CICAK VS BUAYA IN MEMORIAM
            Cicak-Cicak di dinding
Diam-diam menyadap
Datang seekor Buaya
Hap ! Lalu disantap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar