Dahulu kala.
Ketua
KPK, pak Abraham, tiba-tiba memanggil seluruh anak buahnya ke dalam ruang
kerjanya.
“Sudah bertahun-tahun kasus bank Century
ini tidak kelar-kelar,” Katanya jengkel.
“Kita seperti punya utang kepada
rakyat. Wajar kalau akhirnya banyak yang kecewa kepada institusi ini. Karena
itu malam ini saya sengaja memanggil kalian semua. Tujuannya adalah kita akan
melaksanakan sebuah operasi khusus agar kasus Century ini bisa dibongkar hingga
ke akar-akarnya. “
“Apakah itu tidak berbahaya, pak?”
Seorang anak buahnya tiba-tiba mengajukan keberatan.
“Maksudnya?”
“Bukankah bapak pernah bilang kalau
kasus ini menyangkut orang besar ke satu dan kedua yang ada di republik ini.
Mereka pasti tidak akan tinggal diam kalau diusik.”
“Saya sudah pikirkan itu. Karena itu
kita perlu langsung menyusup ke jantungnya untuk mendapatkan informasi dari
sana”
“Dengan cara apa, pak?”
“Kita akan menyadap hape mereka.”
Terdengar gumam kecemasan di seluruh
ruangan. Sebab semua juga tahu kalau hape yang menjadi target dalam operasi
kali ini dilindungi oleh lembaga sandi negara serta badan inetelejen. Satu kali
langkah saja bisa-bisa mereka langsung ketahuan.
“Caranya gimana, pak?”
“Saya punya mata-mata di dalam.
Mata-mata inilah yang akan melemahkan sistem security hape target supaya tidak
menyadari kalau ke dalam ponselnya kita tanamkan alat kita.”
Akhirnya setelah melalui perdebatan
yang cukup alot, semua anggota KPK setuju bahwa mereka akan menyusup ke dalam
sistem informasi rahasia negara.
Mereka pun langsung bergerak.
Beberapa orang mengalihkan pasukan
pengaman target. Yang lain merekayasa seolah-olah ponsel target tiba-tiba
mengalami hang sehingga harus diperbaiki di departemen informasi dan teknologi.
Di departemen itulah kemudian hape target dibongkar oleh pak Abraham dan anak
buahnya.
Peralatan untuk menyadap pun segera
disiapkan.
“Palu !” Teriak pak Abraham
Palu disiapkan.
“Golok !”Pinta pak Abraham lagi.
Golok disiapkan.
Namun diam-diam para anak buahnya
mulai keheranan. Apa iya peralatan untuk menyadap kali ini seperti itu? Tapi
mari kita teruskan.
“Linggis !”
Linggis di ambil.
“Obeng !”
Obeng disiapkan.
Barulah setelah kata Obeng itu, anak
buah pak Abraham tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya dan mereka bertanya.
“Pak, hapenya sudah bisa disadap apa
belum?”
Dengan wajah berkeringat pak Abraham
menjawab,
“Belum tau. Soalnya kopor tempat
menyimpan peralatan menyadapnya macet. Kita harus membongkarnya dulu !”
Wah,
pak Abraham ini ada-ada aja. Bikin kita jadi deg-degan. Baiklah, sementara
menunggu pak Abraham selesai membongkar kopornya kita menyanyi dulu. Lagunya
CICAK VS BUAYA IN MEMORIAM
Cicak-Cicak
di dinding
Diam-diam menyadap
Datang seekor Buaya
Hap ! Lalu disantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar