Jumat, 10 Juni 2016

Bantuan likuiditas bank Indonesia alias BLBI, yeaah..!


Di kampung Cicinde semua warga selalu melakukan ronda keliling yang diatur secara bergiliran. Selain tujuannya untuk menjaga keamanan, melalui ronda keliling itu juga warga jadi bisa saling mengenal satu sama lain secara lebih akrab. Sering setelah selesai melakukan kegiatan meronda, urusan bisa disambung dengan acara bisnis kecil-kecilan.

            Malam itu seperti biasa sekitar lima belas orang telah berkumpul di pos ronda. Satu orang berperan sebagai pimpinannya dan sedang membagi area ronda masing-masing grup. Tiap grup terdiri dari empat atau tiga orang.

            “Kelompok kamu di Rt. 01, kamu 03, kamu 04 dan kamu 02. Kita berkumpul lagi jam setengah empat. Dua orang bertugas menjaga pos. Semua siap?”

            “Siap !” Jawab para peronda bersemangat. 

Dengan berkerudung sarung, mereka lalu berpencar sesuai pembagian wilayah tadi.

            Waktu mengalir seperti angin.

Tahu-tahu sudah hampir jam dua belas.

Cicinde kian sepi.

Namun sepi itu tidak berlangsung lama. Karena mendadak dari pinggir kampung tiba-tiba terdengar suara kentongan dipukul bertalu-talu disertai teriakan para peronda membangunkan warga.

Tong!

Tong!

Tong!

“Banguun !”

“Banguuun !”

            Orang-orang yang sudah tidur dan hampir tidur segera berhamburan keluar. Mereka ribut saling bertanya sesamanya.

Dari jalan kampung datanglah seorang petugas ronda. Kepada para warga ia memberitahukan kalau mereka baru saja menangkap seekor Babi mencurigakan dan sekarang Babi itu ada di kelurahan.

            Mendengar kabar tersebut, semua warga kampung langsung menuju ke kelurahan. Di sana mereka melihat si Babi sudah berada dalam keadaan diikat ke tiang. Besarnya seukuran anak Kambing.

            “Saya curiga ini adalah Babi jadi-jadian alias Babi ngepet. Kampung kita kan jauh dari hutan dan tidak ada seorang pun warga yang memelihara Babi. Apalagi sudah beberapa hari ini banyak orang yang mengaku kehilangan uangnya secara misterius,” Kata pak Lurah yang kebetulan seorang perempuan.

            “Tapi bagaimana cara membuktikannya kalau ini Babi jadi-jadian atau Babi asli, pak Lurah?” Warga bingung.

            “Panggil semua paranormal kemari,” Pak Lurah memberikan perintah.

            Semua Paranormal yang ada di Cicinde pun dikumpulkan. Mereka lantas diperintahkan oleh pak Lurah untuk membongkar kedok sang Babi bagaimana pun caranya.

Satu persatu Paranormal maju dan mengerahkan semua ilmunya. Ada yang menggunakan jampi-jampi, tenaga dalam, keris pusaka, membakar kemenyan, atau dengan menggunakan bantuan jin.

 Namun hingga paranormal terakhir beraksi, ternyata tak seorang pun ada yang berhasil membuka kedok si Babi. Si Babi tetap tenang menggelosoh di lantai.

            Pak Lurah jadi bingung. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Untunglah dalam keadaan bingung itu tiba-tiba datang seorang anggota DPR dan petugas partai. Mereka memberikan usulnya. 

            “Untuk mengetahui apakah ini Babi asli atau Babi jadi-jadian gampang. Kita kasih saja dia singkong dan uang. Kalau dia memilih singkong berarti ini Babi asli. Tapi kalau dia milih uang, jelas ini Babi ngepet dan harus kita bunuh bersama-sama. Gimana, setuju?” Tanya petugas partai.

            “Setuju !” Jawab pak Lurah dan anggota DPR.

             Ke hadapan si Babi kemudian disodorkan sepiring singkong rebus dan selembar uang seratus ribuan. Semua warga memelototkan matanya. Penasaran. Mana yang akan di pilih si Babi.

Selama beberapa saat si Babi  tampak celingukan antara memilih uang atau singkong.

            Setelah beberapa detik si Babi pun akhirnya menentukan pilihan. Pertama dihampirinya singkong rebus itu dan dimakannya hingga ludes. Setelah itu barulah dia menghampiri uangnya, menggigitnya, dan kemudian membawanya kabur !



            BLBI : Babinya Lari Bawa korupsI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar