Di kampung Cicinde semua warga selalu melakukan ronda keliling yang diatur secara bergiliran. Selain tujuannya untuk menjaga keamanan, melalui ronda keliling itu juga warga jadi bisa saling mengenal satu sama lain secara lebih akrab. Sering setelah selesai melakukan kegiatan meronda, urusan bisa disambung dengan acara bisnis kecil-kecilan.
Malam itu seperti biasa sekitar lima
belas orang telah berkumpul di pos ronda. Satu orang berperan sebagai
pimpinannya dan sedang membagi area ronda masing-masing grup. Tiap grup terdiri
dari empat atau tiga orang.
“Kelompok kamu di Rt. 01, kamu 03,
kamu 04 dan kamu 02. Kita berkumpul lagi jam setengah empat. Dua orang bertugas
menjaga pos. Semua siap?”
“Siap !” Jawab para peronda
bersemangat.
Dengan
berkerudung sarung, mereka lalu berpencar sesuai pembagian wilayah tadi.
Waktu
mengalir seperti angin.
Tahu-tahu
sudah hampir jam dua belas.
Cicinde
kian sepi.
Namun
sepi itu tidak berlangsung lama. Karena mendadak dari pinggir kampung tiba-tiba
terdengar suara kentongan dipukul bertalu-talu disertai teriakan para peronda
membangunkan warga.
Tong!
Tong!
Tong!
“Banguun
!”
“Banguuun
!”
Orang-orang yang sudah tidur dan
hampir tidur segera berhamburan keluar. Mereka ribut saling bertanya sesamanya.
Dari
jalan kampung datanglah seorang petugas ronda. Kepada para warga ia
memberitahukan kalau mereka baru saja menangkap seekor Babi mencurigakan dan
sekarang Babi itu ada di kelurahan.
Mendengar kabar tersebut, semua
warga kampung langsung menuju ke kelurahan. Di sana mereka melihat si Babi sudah
berada dalam keadaan diikat ke tiang. Besarnya seukuran anak Kambing.
“Saya curiga ini adalah Babi
jadi-jadian alias Babi ngepet. Kampung kita kan jauh dari hutan dan tidak ada
seorang pun warga yang memelihara Babi. Apalagi sudah beberapa hari ini banyak
orang yang mengaku kehilangan uangnya secara misterius,” Kata pak Lurah yang
kebetulan seorang perempuan.
“Tapi bagaimana cara membuktikannya
kalau ini Babi jadi-jadian atau Babi asli, pak Lurah?” Warga bingung.
“Panggil semua paranormal kemari,” Pak
Lurah memberikan perintah.
Semua Paranormal yang ada di Cicinde
pun dikumpulkan. Mereka lantas diperintahkan oleh pak Lurah untuk membongkar
kedok sang Babi bagaimana pun caranya.
Satu
persatu Paranormal maju dan mengerahkan semua ilmunya. Ada yang menggunakan
jampi-jampi, tenaga dalam, keris pusaka, membakar kemenyan, atau dengan
menggunakan bantuan jin.
Namun hingga paranormal terakhir beraksi,
ternyata tak seorang pun ada yang berhasil membuka kedok si Babi. Si Babi tetap
tenang menggelosoh di lantai.
Pak Lurah jadi bingung. Tidak tahu
lagi harus berbuat apa. Untunglah dalam keadaan bingung itu tiba-tiba datang seorang
anggota DPR dan petugas partai. Mereka memberikan usulnya.
“Untuk mengetahui apakah ini Babi
asli atau Babi jadi-jadian gampang. Kita kasih saja dia singkong dan uang.
Kalau dia memilih singkong berarti ini Babi asli. Tapi kalau dia milih uang,
jelas ini Babi ngepet dan harus kita bunuh bersama-sama. Gimana, setuju?” Tanya
petugas partai.
“Setuju !” Jawab pak Lurah dan anggota
DPR.
Ke hadapan si Babi kemudian disodorkan sepiring
singkong rebus dan selembar uang seratus ribuan. Semua warga memelototkan
matanya. Penasaran. Mana yang akan di pilih si Babi.
Selama
beberapa saat si Babi tampak celingukan
antara memilih uang atau singkong.
Setelah beberapa detik si Babi pun
akhirnya menentukan pilihan. Pertama dihampirinya singkong rebus itu dan
dimakannya hingga ludes. Setelah itu barulah dia menghampiri uangnya,
menggigitnya, dan kemudian membawanya kabur !
BLBI
: Babinya Lari Bawa korupsI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar